Ada yang
berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama, tetapi pada dasarnya cinta itu perlu di batasi oleh
norma-norma agama.
Jika cinta
di dasari oleh agama , cintanya akan tulus dan hanya mengharapkan ridha dari
sang maha kuasa.
Dalam
agama, cinta adalah suatu dinamisme aktif yang berakar dalam kesanggupan kita
untuk memberikan cinta dan menghedaki perkembangan dan kebahagiaan orang yang
dicintai. Apabila ada orang yang egois tak dapat mencintai orang lain,
sesungguhnya ia sendiri tidak dapat mencintai dirinya sendiri.
Cinta
menampakkan di dalam kehidupan manusia dalam berbagai bentuk, kadang-kadang
seseorang mencintai dirinya sendiri, kadang-kadang seseorang mencintai orang
lain. Atau juga istri dan anaknya, hartanya allah dan rasulnya, berbagai bentuk
cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur'an
MACAM-MACAM CINTA MENURUT PANDANGAN
AL-QUR’AN:
·
Cinta kepada Allah
Puncak cinta
manusia, yang paling bening, jernih, dan spiritual ialah cinta kepada allah dan
kerinduan kepada-Nya. Tidak hanya dalam sholat, pujian, dan doanya saja tetapi
juga dalam semua dan tingkah lakunya. Semua itu di tujukan hanya kepada allah
untuk mengharapkan ridho-Nya.
Katakanlah:
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah kau, nsicaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang”
(Q.S 3:31).
·
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada
rasul, di utus oleh allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, menduduki
peringkat ke dua setelah cinta kepada allah. Hal ini karena Rosul merupakan
ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun sifat luhur lainnya.
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S AL-QALAM 68
·
Cinta diri
Al-quran telah mengungkapkan cinta alamiah manusia
terhadap dirinya sendiri, kecenderungan untuk menuntut segala sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari diri dari segala sesuatu
yang membahayakan keselamatan dirinya, mulai ucapan Nabi SAW. Bahwa seandainya
dia mengetahui hal-hal yang gaib, tentu dia akan memperbanyak hal-hal yang baik
bagi dirinya dan menjauhan dirinya dari segala keburukan:
“… Dan
sekiranya kau mengetahui hal yang gaib, tentulah aku akan memperbanyak kebaikan
bagi diriku sendiri dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan …”(Q.S AL-ARAF
7:188).
·
Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia
dapat hidup dengan penuh rasa sayang, keserasian, keharmonisan dengan manusia
lainnya, tidak boleh egoisme harus menyeimbangi cinta kepada dirinya dengan
cinta kepada orang lain. Al-Qur'an juga menyuruh kepada orang-orang yang
beriman agar saling mencintai kepada orang lain, seperti cinta kepada dirinya.
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu
dan kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S AL-HUJARAT
49:10).
·
Cinta seksual
Cinta erat
di kaitkan dengan dorongan seksual, sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan
kasih sayang, keserasian, dan kerja sama antara suami dan istri. sehingga akan
menimbulkan keharmonisan dan kerukunan dalam setiap keluarga.
“Dan
diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jeismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir” (Q.S
ARRUM 30:21).
·
Cinta kebapakan
Cinta
kebapakan dalam Al-Qur'an di isyaratan dalam kisah nabi Nuh as. betapa cintanya
ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,
kasih sayang, dan belas kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam di
telan ombak.
“Ya Tuhan, sesungguhnya anakku termasuk keuargaku, dan sesungguhnya janji
Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya” (Q.S HUUD 11:45)